Sy lahir d Bdg, swaktu sy kecil dulu, alm. kakek saya suka mengajak saya berziarah ke makam maupun petilasan (jejak) para wali (sunan) penyebar Islam di Pulau Jawa.
Mulai dari caving di Gua Safawardi, Pamijahan, Tasikmalaya (Syekh Abdul Muhyi) hingga ke Banten dan Cirebon (Sunan Gunung Jati) di Jawa Barat.
Hal yg paling sy ingat dr pengalaman masa kecil itu dulu, adalah kisah2 kesaktian para wali tsb. yg sulit dibedakan antara kisah karomah penuh hikmah, cerita tahyul atau mitos semata, Wallahu'alam bi Shawab.
Semasa Kuliah Kerja Praktek saya berkesempatan magang di Instalasi Pengolahan Limbah salah satu pabrik di Kudus, Jawa Tengah, disitulah saya berkesempatan melewati Demak dan mengunjungi Mesjid di Kudus yg memadukan arsitektur menara Mesjid dengan Bangunan Candi Hindu-Budha, sekaligus mengunjungi air terjun di Kaki Gunung Muria (daerah yg mungkin menjadi tempat syiar Sunan Muria dulu).
Beranjak dewasa, sy lebih mengagumi strategi dakwah para wali tsb. dibanding mitos yg menyertainya.
Tidak mudah tentunya syiar Islam dalam kondisi masyarakat Jawa, yg mayoritas waktu itu masih sgt kuat mencampur adukkan antara ajaran Hindu-Budha dgn Animisme.
Tapi melalui syiar yg karismatik & solutif (mengajarkan teknik pertanian, pengairan, maupun pengobatan herbal), para wali dan ajarannya dapat diterima masyarakat, bahkan hingga banggakan oleh para pangeran dan kerajaan di masa itu.
Kini saya ditempatkan bekerja di Bojonegoro, dan jika berkendara ke Surabaya (daerah Sunan Ampel), saya bisa melalui Kota Lamongan dan Gresik, dimana Syekh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) memulai Syiar nya di Jawa Timur dulu.
Syiar dakwah para wali tsb belum selesai, para ulama di masa kini lah yg meneruskan, yg meluruskan jika ada ajaran Islam yg mulai berbelok krn proses akulturasi budaya dan percampuran dgn animisme, Kejawen, dsb. agar kembali sesuai dgn Al Qur'an dan Sunnah.
Semoga Allah selalu merahmati para wali yg telah berjasa dan para ulama yg meneruskan perjuangannya.
Aamiin ya robbal alamiin.
No comments:
Post a Comment