Sekadar Mampir

"Seperti halnya pengendara sepeda yang beristirahat sejenak di bawah naungan rindang pepohonan, begitulah kehidupan di dunia ini"

Karena kita hidup hanya sementara, karena kehidupan di dunia ini hanya sekejap saja, karenanya bekal harus dipersiapkan untuk perjalanan menuju kehidupan sebenarnya... karena kita hanya... "sekadar mampir"...

Saturday, October 13, 2018

Ujian Kekuasaan (The Test of Power) - Khutbah Ustadz Nouman Ali Khan

Tubuh yang kini sedang ditempati oleh ruh kita ini, bukanlah milik kita, tapi Allah memberikan izin authority kepada kita untuk menggerakkannya.

Kita dianugerahi Allah kemampuan berpikir, menggerakan lidah untuk menyampaikan isi pikiran kita, serta menyampaikan suara kita pada orang lain. Kemudian orang lain dapat mendengar suara kita dan memproses untuk memahami isi pikiran kita, itu semua adalah atas izin Allah, dan bagian dari kekuasaan yg diberikan oleh Allah.

Kekuasaan bukan hanya mengenai pemimpin negara/pemerintahan, karena setiap diri kita diberikan tingkatan kekuasaan ('Al-Mulk').
Setiap kita adalah pemimpin, minimal utk diri kita sendiri, dan akan dimintakan pertanggungjawaban atas apa yang kita pimpin.

Adapun berbagai bentuk dan tingkatan kekuasaan, meliputi kendali, kewenangan, maupun pengaruh ('control, authority, influence')

1. Contol over things we have
Kendali atas benda kepemilikan pribadi, misalnya kepemilikan barang, yang sejatinya adalah pemberian (grant) dari Allah, misalnya; pulpen, mobil, rumah yang kita miliki.

2. Control over people,
Kendali orang tua terhadap anaknya, antara pasangan suami-istri, guru terhadap muridnya, manager terhadap bawahannya, dsb.

QS Ali Imran, ayat 26-27

{قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنزعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (26) تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (27) }

Katakanlah, "Wahai Allah, Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu".

"Engkau masukkan malam ke dalam siang, dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan (batas)".

Bagian awal ayat ini bukan sekadar do'a,
Biasanya suatu do'a di dalam Al Qur'an, diawali dengan kata/ucapan: Robbanna,
Begitu pentingnya pada ayat ini, sehingga diawali dengan suatu deklarasi & kesaksian utk Allah pemegang segala kekuasaan/kerajaan.

Manusia dengan kepemilikannya, bisa saja memiliki hak terhadap benda yang dimilikinya, misalnya menggunakan ballpointnya utk menulis atau membuangnya, mengganti ban mobil atau merusaknya, itu hak anda.
Namun, Allah memiliki segala kekuatan, Allah yg mengizinkan kekuatan atas seseorang,
Allah memiliki hak sepenuhnya untuk memberikan kekuasaan (menganugerahkan kerajaan) kepada siapa yg Dia kehendaki serta berhak menariknya (mengambil nya lagi) kapan saja, dan dari siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Tidak tergantung pada periode waktu pemerintahan, jadwal pemilu, kesehatan sang penguasa, dsb.
Tapi hak Allah, bisa kapan saja memberikan/menarik kekuasaan dari seseorang.

Perbedaan antara Mulk vs Izzah
Keduanya adalah hal yang berbeda

Mulk : kekuasaan
vs
Izzu - izzah : artinya kewenangan dan penghormatan authority & respect, dan bisa juga berarti kekuatan (strength)

1. Ada pemimpin yg punya kekuasaan (otoritas diatas kertas) tapi tidak dihormati.

2. Ada juga orang-orang yang dihormati tp tidak diberi kekuasaan, misalnya kaum intelektual, para peneliti maupun insinyur yang dihormati atas ide, rencana pengembangan teknologinya, tapi tidak punya kekuasaan utk mengimplementasikan ide tersebut.

Kehormatan tidak didapat dari kemenangan pemilu. Allah menaruh rasa hormat dalam hati rakyat.
Rasa hormat sesungguhnya bukan didapat dari upacara pelantikan/seremonial, istana, dsb.

Hal ini bukan hanya berlaku dalam dunia politik,
tapi berlaku juga untuk kehidupan pribadi kita sendiri..

Ada kasus dimana seorang Ayah (kepala rumah tangga & pencari nafkah), tapi tidak punya kekuasaan atas anggota keluarganya, anak2nya tidak mau mematuhi/menurutinya utk menghentikan kebiasaan buruk mereka, bahkan sang Ayah tidak dihormati oleh anak2 nya.

Maka kemungkinan2 yang terjadi adalah:

1. Mulk & Izzah (authority & respect)
contoh; Nabi Sulaiman, Nabi Muhammad,
Izzah (true leadership) need to be earned: kehormatan, sebagaimana halnya kepercayaan adalah didapatkan (berdasar kelayakan), bukan diminta atau dibuat2.

2. Mulk tanpa Izzah :
Contohnya Firaun yang sangat berkuasa, tapi tidak diikuti sepenuh hati oleh rakyat nya.

3. Tanpa Mulk, namun memiliki Izzah :
Contohnya Nabi Yusuf (yang senantiasa menjaga kehormatannya 'dignity', orang2 pun menaruh hormat padanya),

Artificial definition in our mind: Bentuk penghormatan semu dalam pikiran kita pada orang lain (yg kadang tidak kita sadari), adalah kita menghormati orang lain berdasarkan tingkat pendidikan dan jabatannya, semakin tinggi gelar/jabatan, semakin layak dihormati, sebaliknya kadang kurang menghormati profesi2, seperti pelayan, pengendara ojek/taksi, petugas kebersihan. Hal itu adalah semu, dan tidak tepat.

Kisah para Pemuda Kahfi dan raja zalim dalam Surat Al Kahfi, adalah salah satu contoh yang menjelaskan bahwa: Izzah terkait erat/sangat berhubungan dgn iman/keimanan.

4. Tanpa Mulk & tanpa Izzah
Keadaan ini bisa terjadi pada siapa saja (baik orang beriman maupun tidak), Allah berhak secara mutlak memberikan ujian tersebut pada siapa saja yang dikehendaki-Nya, distribute to good and bad people, in complete absolute authority above all, and all Allah do is just good.
Namun apapun takdir dan keputusan Allah, adalah pasti yang terbaik.

Allah yang mengizinkan kekuasaan pada Firaun, Namrud, Allah berhak memberikan kerajaan/kekuasaan pada siapa yg dikehendaki-Nya.

Ada kisah menarik dari Cerita Izrailiat :
Pernah suatu waktu, Nabi Musa berkata pada Kaum Yahudi yang dipimpinnya, saat dalam keadaan lemah & tertindas oleh Firaun: "mungkin suatu saat Allah akan menguji kalian dgn diberi kekuasaan pada suatu lahan/negara, dan mari kita lihat bagaimana kalian menghadapi ujian kekuasaan itu."

Ujian kekuasaan lebih berat, dibandingkan ujian tanpa kekuasaan.

Saat memiliki kekuasaan, kemungkinan utk memilih jalan yg salah, sangat terbuka:
- Ga ada yg melihat koq
- Ga akan ada yg berani melawan koq
- Ga akan ada yg berani bertanya koq

Makna : "tanzi'ul mulka mimmantasyaa" dalam Ayat Ali Imran : 26

وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشاءُ 

"...dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki."

Allah memberi kekuasaan, dan bukan mengambil/mengganti dengan seketika, melainkan kata 'cabut' dalam Bahasa Arab ini, bermakna 'Pulls' (menarik) kekuasaan sedikit demi sedikit.

Seperti halnya dengan kekuatan fisik manusia.
Allah menarik nikmat kesehatan, kekuatan atas tubuh, seperti usia semakin menua. Gerak semakin lambat, tubuh tidak bisa lagi mengikuti pikiran. Misalnya saat renta di usia senja, kadang didapati pikiran seseorang sudah berusaha menggerakan/memerintahkan tubuhnya untuk bangun, namun tubuh tidak bisa bangun.

Yang terpenting, saat Mulk (kekuasaan, kerajaan, jabatan) itu ditarik dari kita, jangan sampai kita juga kehilangan Izzah, yang turut pergi.

Allah yang mengatur/mengendalikan segalanya. Menghitung, menentukan besaran kekuasaan, berapa lama kekuasaan, kapan didatangkan kekuasaan, kapan akan ditarik kekuasaan itu.

Sinar mentari yang begitu kuat dan terik di siang hari, akan perlahan sedikit demi sedikit, tenggelam di telan malam.

Malam gelap gulita yang seakan tak berujung pun, menjelang pagi hari, sedikit demi sedikit bergantikan siang menjadi terang benderang.

Semoga kita semakin merendahkan diri dihadapan kekuasaan Allah Yang Maha Besar.

Semoga kita semakin rendah hati, agar sebelum mengkritisi orang lain yg Allah telah izinkan kekuasaan kepadanya, kita terlebih dahulu bertanya pada diri kita sendiri, apakah kita sudah berlaku adil, atas kekuasaan yang telah Allah berikan pada diri kita sendiri.

Diadaptasi dari Khutbah yg disampaikan oleh Ustadz Nouman Ali Khan (Bayinnah Institute):

https://youtu.be/XOm3nZ1DWys