Sekadar Mampir

"Seperti halnya pengendara sepeda yang beristirahat sejenak di bawah naungan rindang pepohonan, begitulah kehidupan di dunia ini"

Karena kita hidup hanya sementara, karena kehidupan di dunia ini hanya sekejap saja, karenanya bekal harus dipersiapkan untuk perjalanan menuju kehidupan sebenarnya... karena kita hanya... "sekadar mampir"...

Saturday, October 13, 2018

Ujian Kekuasaan (The Test of Power) - Khutbah Ustadz Nouman Ali Khan

Tubuh yang kini sedang ditempati oleh ruh kita ini, bukanlah milik kita, tapi Allah memberikan izin authority kepada kita untuk menggerakkannya.

Kita dianugerahi Allah kemampuan berpikir, menggerakan lidah untuk menyampaikan isi pikiran kita, serta menyampaikan suara kita pada orang lain. Kemudian orang lain dapat mendengar suara kita dan memproses untuk memahami isi pikiran kita, itu semua adalah atas izin Allah, dan bagian dari kekuasaan yg diberikan oleh Allah.

Kekuasaan bukan hanya mengenai pemimpin negara/pemerintahan, karena setiap diri kita diberikan tingkatan kekuasaan ('Al-Mulk').
Setiap kita adalah pemimpin, minimal utk diri kita sendiri, dan akan dimintakan pertanggungjawaban atas apa yang kita pimpin.

Adapun berbagai bentuk dan tingkatan kekuasaan, meliputi kendali, kewenangan, maupun pengaruh ('control, authority, influence')

1. Contol over things we have
Kendali atas benda kepemilikan pribadi, misalnya kepemilikan barang, yang sejatinya adalah pemberian (grant) dari Allah, misalnya; pulpen, mobil, rumah yang kita miliki.

2. Control over people,
Kendali orang tua terhadap anaknya, antara pasangan suami-istri, guru terhadap muridnya, manager terhadap bawahannya, dsb.

QS Ali Imran, ayat 26-27

{قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنزعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (26) تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (27) }

Katakanlah, "Wahai Allah, Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu".

"Engkau masukkan malam ke dalam siang, dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan (batas)".

Bagian awal ayat ini bukan sekadar do'a,
Biasanya suatu do'a di dalam Al Qur'an, diawali dengan kata/ucapan: Robbanna,
Begitu pentingnya pada ayat ini, sehingga diawali dengan suatu deklarasi & kesaksian utk Allah pemegang segala kekuasaan/kerajaan.

Manusia dengan kepemilikannya, bisa saja memiliki hak terhadap benda yang dimilikinya, misalnya menggunakan ballpointnya utk menulis atau membuangnya, mengganti ban mobil atau merusaknya, itu hak anda.
Namun, Allah memiliki segala kekuatan, Allah yg mengizinkan kekuatan atas seseorang,
Allah memiliki hak sepenuhnya untuk memberikan kekuasaan (menganugerahkan kerajaan) kepada siapa yg Dia kehendaki serta berhak menariknya (mengambil nya lagi) kapan saja, dan dari siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Tidak tergantung pada periode waktu pemerintahan, jadwal pemilu, kesehatan sang penguasa, dsb.
Tapi hak Allah, bisa kapan saja memberikan/menarik kekuasaan dari seseorang.

Perbedaan antara Mulk vs Izzah
Keduanya adalah hal yang berbeda

Mulk : kekuasaan
vs
Izzu - izzah : artinya kewenangan dan penghormatan authority & respect, dan bisa juga berarti kekuatan (strength)

1. Ada pemimpin yg punya kekuasaan (otoritas diatas kertas) tapi tidak dihormati.

2. Ada juga orang-orang yang dihormati tp tidak diberi kekuasaan, misalnya kaum intelektual, para peneliti maupun insinyur yang dihormati atas ide, rencana pengembangan teknologinya, tapi tidak punya kekuasaan utk mengimplementasikan ide tersebut.

Kehormatan tidak didapat dari kemenangan pemilu. Allah menaruh rasa hormat dalam hati rakyat.
Rasa hormat sesungguhnya bukan didapat dari upacara pelantikan/seremonial, istana, dsb.

Hal ini bukan hanya berlaku dalam dunia politik,
tapi berlaku juga untuk kehidupan pribadi kita sendiri..

Ada kasus dimana seorang Ayah (kepala rumah tangga & pencari nafkah), tapi tidak punya kekuasaan atas anggota keluarganya, anak2nya tidak mau mematuhi/menurutinya utk menghentikan kebiasaan buruk mereka, bahkan sang Ayah tidak dihormati oleh anak2 nya.

Maka kemungkinan2 yang terjadi adalah:

1. Mulk & Izzah (authority & respect)
contoh; Nabi Sulaiman, Nabi Muhammad,
Izzah (true leadership) need to be earned: kehormatan, sebagaimana halnya kepercayaan adalah didapatkan (berdasar kelayakan), bukan diminta atau dibuat2.

2. Mulk tanpa Izzah :
Contohnya Firaun yang sangat berkuasa, tapi tidak diikuti sepenuh hati oleh rakyat nya.

3. Tanpa Mulk, namun memiliki Izzah :
Contohnya Nabi Yusuf (yang senantiasa menjaga kehormatannya 'dignity', orang2 pun menaruh hormat padanya),

Artificial definition in our mind: Bentuk penghormatan semu dalam pikiran kita pada orang lain (yg kadang tidak kita sadari), adalah kita menghormati orang lain berdasarkan tingkat pendidikan dan jabatannya, semakin tinggi gelar/jabatan, semakin layak dihormati, sebaliknya kadang kurang menghormati profesi2, seperti pelayan, pengendara ojek/taksi, petugas kebersihan. Hal itu adalah semu, dan tidak tepat.

Kisah para Pemuda Kahfi dan raja zalim dalam Surat Al Kahfi, adalah salah satu contoh yang menjelaskan bahwa: Izzah terkait erat/sangat berhubungan dgn iman/keimanan.

4. Tanpa Mulk & tanpa Izzah
Keadaan ini bisa terjadi pada siapa saja (baik orang beriman maupun tidak), Allah berhak secara mutlak memberikan ujian tersebut pada siapa saja yang dikehendaki-Nya, distribute to good and bad people, in complete absolute authority above all, and all Allah do is just good.
Namun apapun takdir dan keputusan Allah, adalah pasti yang terbaik.

Allah yang mengizinkan kekuasaan pada Firaun, Namrud, Allah berhak memberikan kerajaan/kekuasaan pada siapa yg dikehendaki-Nya.

Ada kisah menarik dari Cerita Izrailiat :
Pernah suatu waktu, Nabi Musa berkata pada Kaum Yahudi yang dipimpinnya, saat dalam keadaan lemah & tertindas oleh Firaun: "mungkin suatu saat Allah akan menguji kalian dgn diberi kekuasaan pada suatu lahan/negara, dan mari kita lihat bagaimana kalian menghadapi ujian kekuasaan itu."

Ujian kekuasaan lebih berat, dibandingkan ujian tanpa kekuasaan.

Saat memiliki kekuasaan, kemungkinan utk memilih jalan yg salah, sangat terbuka:
- Ga ada yg melihat koq
- Ga akan ada yg berani melawan koq
- Ga akan ada yg berani bertanya koq

Makna : "tanzi'ul mulka mimmantasyaa" dalam Ayat Ali Imran : 26

وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشاءُ 

"...dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki."

Allah memberi kekuasaan, dan bukan mengambil/mengganti dengan seketika, melainkan kata 'cabut' dalam Bahasa Arab ini, bermakna 'Pulls' (menarik) kekuasaan sedikit demi sedikit.

Seperti halnya dengan kekuatan fisik manusia.
Allah menarik nikmat kesehatan, kekuatan atas tubuh, seperti usia semakin menua. Gerak semakin lambat, tubuh tidak bisa lagi mengikuti pikiran. Misalnya saat renta di usia senja, kadang didapati pikiran seseorang sudah berusaha menggerakan/memerintahkan tubuhnya untuk bangun, namun tubuh tidak bisa bangun.

Yang terpenting, saat Mulk (kekuasaan, kerajaan, jabatan) itu ditarik dari kita, jangan sampai kita juga kehilangan Izzah, yang turut pergi.

Allah yang mengatur/mengendalikan segalanya. Menghitung, menentukan besaran kekuasaan, berapa lama kekuasaan, kapan didatangkan kekuasaan, kapan akan ditarik kekuasaan itu.

Sinar mentari yang begitu kuat dan terik di siang hari, akan perlahan sedikit demi sedikit, tenggelam di telan malam.

Malam gelap gulita yang seakan tak berujung pun, menjelang pagi hari, sedikit demi sedikit bergantikan siang menjadi terang benderang.

Semoga kita semakin merendahkan diri dihadapan kekuasaan Allah Yang Maha Besar.

Semoga kita semakin rendah hati, agar sebelum mengkritisi orang lain yg Allah telah izinkan kekuasaan kepadanya, kita terlebih dahulu bertanya pada diri kita sendiri, apakah kita sudah berlaku adil, atas kekuasaan yang telah Allah berikan pada diri kita sendiri.

Diadaptasi dari Khutbah yg disampaikan oleh Ustadz Nouman Ali Khan (Bayinnah Institute):

https://youtu.be/XOm3nZ1DWys

Monday, September 10, 2018

TAFSIR DOA DALAM SURAT AL AHQAF AYAT 15

Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa berfirman dalam ayat-Nya yang mulia :

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.

Allah memerintahkan kepada hambanya untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya dan ketika sudah mencapai usia dewasa yakni usia 40 tahun, dimana ini adalah usia seorang manusia telah mencapai kematangan dalam berpikir, bertindak. Pada usia ini juga Nabi kita Muhammad sholallahu alaihi wa salam diutus sebagai Nabi kepada seluruh manusia. Seorang yang mencapai usia 40 tahun, maka ia mendapatkan wasiat dari Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa untuk berdoa sebagaimana dalam Firman-Nya ditas. Ini juga doa yang dipanjatkan Nabi Sulaiman alaihi salam, sebagaimana yang tertera dalam surat An-Naml, dimana Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa berfirman :

وَحُشِرَ لِسُلَيْمَانَ جُنُودُهُ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ (17) حَتَّى إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (18) فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ (19)

“Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).  Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”;  maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh ” (QS. An Naml 17-19).

Imam Ibnul Jauzi dalam kitab tafsirnya menyebutkan beberapa pendapat para ulama tafsir tentang asbabun nuzul surat Al Ahqof diatas, beliau menyebutkan 3 pendapat yakni :

ayat ini turun berkaitan dengan sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq rodhiyallahu anhu, Beliau adalah sahabat Nabi sholallahu alaihi wa salam sejak muda hingga sampai Rasulullah sholallahu alaihi wa salam wafat. beliau dengan Nabi sholallahu alaihi wa salam umurnya terpaut 2 tahun, maka ketika Nabi sholallahu alaihi wa salam diangkat menjadi Nabi pada usia 40 tahun, usia Abu Bakar rodhiyallahu anhu menginjak 38 tahun. pada saat usia Abu Bakar rodhiyallahu anhu sampai 40 tahun, beliau berdoa seperti dalam ayat diatas. Imam ‘Athoo’ meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan ini juga ucapan mayoritas ulama tafsir, mereka berkata :


رواه عطاء عن ابن عباس ، وبه قال الأكثرون؛ قالوا : فلما بلغ أبو بكر أربعين سنة ، دعا الله عز وجل بما ذكره في هذه الآية ، فأجابه الله ، فأسلم والداه و أولادُه ذكورُهم وإناثُهم ، ولم يجتمع ذلك لغيره من الصحابة

“maka ketika Abu Bakar rodhiyallahu anhu mencapai usia 40 tahun, beliau berdoa kepada Allah azza wa Jalla dengan doa yang disebutkan dalam ayat diatas, lalu Allah mengabulkannya. Bapaknya masuk islam, anaknya baik yang laki-laki maupun yang perempuan semuanya masuk islam, tidak ada yang mengumpulkan perkara ini selain Abu Bakar rodhiyallahu anhu dari kalangan para sahabat rodhiyallahu anhum ajma’in.

 ayat ini turun berkaitan dengan sahabat Saad bin Abi Waqqosh rodhiyallahu anhu, ini adalah pendapatnya adh-Dhohaak dan as-Sudiy.


ayat ini turun secara umum, ini adalah perkataannya Al-Hasan al-Bashriy.

Tafsir Doa Al Ahqof ayat 15

ucapan : “ قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي”  (doanya : Ya Rabb tunjukilah aku) perkataan ‘auzi’niy’ maknanya adalah ‘alhimny’ (berilah aku ilham) yakni suatu petujuk agar aku bisa,    “ أَنْ أَشكُرَ نِعْمَتَكَ التي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ ” (untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku).  Nikmat terbesar seorang hamba adalah keimanan, sebagaimana dalam firman-Nya :

بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

“sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar ” (QS. Al Hujuraat : 17).

Imamul Mufasirin Ibnu Abbas rodhiyallahu anhu mengartikan nikmat tersebut adalah tauhid. dan tidak bertentangan juga jika nikmat tersebut adalah umum mencakup seluruh nikmat yang Allah berikan kepada kita semua, karena nikmat Allah sangatlah banyak dan besar, yang seorang hamba tidak akan mampu menghitungnya. Allah berfirman :

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya” (QS. Ibrohim : 34 & An-Nahl : 18).

Lalu doanya “ وعلى وَالِدَيَّ” (dan kepada ibu bapakku) yakni nikmat yang sama berupa keimanan dan nikmat-nikmat dari Allah yang diberikan kepada kedua orang tuaku, sehingga mereka memeluk agama Islam ini dan menjadikan aku sebagai keturunannya beragama Islam. Nabi sholallahu alaihi wa salam bersabda :

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Setiap anak dilahirkan diatas fitrah, kedua orang tuanya-lah yang menjadikan anaknya menjadi Yahudi atau Nashroni atau Majusi” (Muttafaqun alaih).

Diantara nikmat yang diberikan kepada orang tuaku juga adalah rezeki berupa mata pencaharian yang dengannya orang tuaku dapat memelihara dan merawatku. Allah berfirman :

وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوف

“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf.” (QS. Al Baqoroh : 233).

Dan yang menakjubkan sekalipun nafkah seorang bapak kepada keluarganya adalah suatu kewajiban yang dituntut agama dan kebiasaan urf suatu masyarakat, namun Allah tetap memberikan pahala kepada bapak kita dan ini tentunya nikmat yang lain juga. Nabi sholallahu alaihi wa salam bersabda :

إِذَا أنْفَقَ الرَّجُلُ عَلَى أَهْلِهِ نَفَقَةً يَحْتَسِبُهَا فَهِيَ لَهُ صَدَقَةٌ

“Jika seorang Bapak memberikan nafkah kepada keluarganya dengan suatu nafkah, maka itu adalah shodaqoh baginya”  (Muttafaqun alaih).

Dan tentunya masih banyak nikmat-nikmat lain yang tak terhingga.

Lalu doanya “وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً” (dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh) yakni amalan yang ditujukan kepada wajah Allah dan mengikuti petunjuk Nabi-Nya sholallahu alaihi wa salam. Firman-Nya :

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” (QS. Al Kahfi : 110).

Dan barangsiapa yang berbuat amal sholih, maka ia mendapatkan pahala yang tidak terputus-putus dan surga-Nya Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa. Firman-Nya :

إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ

“kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya” (QS. At Tiin : 6).

وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا

“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun ” (QS. An Nisaa : 124).

Lalu doanya “تَرْضَاهُ” (yang Engkau ridhai) yakni amal-amal sholeh yang diridhoi dan dicintai oleh Allah, ini adalah seluruh jenis ibadah, sebagaimana firman-Nya :

إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ

“Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu” (QS. Az Zumar : 7).

Lalu doanya “وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي ” (berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku) yakni agar keturunanku semuanya masuk Islam dan mentauhidkan-Mu. Mendapatkan karunia anak-anak dan cucu-cucu yang sholih dan sholihah adalah dambaan setiap insan yang bertakwa. Lihatlah bagaimana Nabi Ibrohim alaihi salam berdoa :

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آَمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ (35) رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala ” (QS. Ibrohim : 35).

Dalam doa berikutnya, Nabi Ibrohim alaihi salam memanjatkan agar anak keturunannya senantiasa beribadah kepada Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa.

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur ” (QS. Ibrohim : 37).

Dan salah satu doa yang disyariatkan kepada kita juga, agar memohon keluarga dan anak keturunan, yang dapat menjadi penyejuk pandangan dengan keimanan dan amal shaleh mereka. Firman-Nya :

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. Al Furqon : 74).

Lalu doanya “ إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ ” (Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau), yakni aku benar-benar bertaubat dengan memohon ampun kepada Engkau wahai Dzat yang Maha Pengampun dan Menerima Taubat. Kesalahan-kesalahanku sangat banyak dan aku belum dapat menunaikan rasa syukur kepada Engkau atas nikmat-nikmat yang telah engkau berikan. Nabi sholallahu alaihi wa salam mengajari kita untuk berdoa setiap pagi dan petang dengan doa yang disebut sebagai “Sayyidul Istighfar” :

سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ أَنْ تَقُولَ: اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ

“Sayyidul Istighfar engkau berdoa : Ya Allah Engkau adalah Rabbku, tidak ada ilaah yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkau telah menciptakanku, aku adalah hamba-Mu, aku diatas perjanjian dengan-Mu dan Janji dengan-Mu semampuku, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa yang telah aku perbuat, aku mengakui semua nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku kepada-Mu, maka ampunilah aku, karena tidak ada yang mengampuni dosa-dosa, selain Engkau” (HR. Bukhori). 

Lalu doanya “  وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ ” (dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri) yakni aku adalah termasuk kaum Muslimin. Islam jika disebutkan secara umum, maka ini mencekup juga seluruh agama yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul dari Adam alaihi salam sampai kepada Nabi kita Muhammad sholallahu alaihi wa salam. Adapun jika Islam dimaksud secara khusus, maka itulah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad sholallahu alaihi wa salam kepada seluruh umat manusia dan jin.

Para Nabi alaihi salam senantiasa berdoa agar diwafatkan dalam keadaan sebagai seorang muslim dan mewasiatkan kepada keturunannya agar diwafatkan juga dalam keadaa seorang Muslim. Firman-Nya :

وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. ” (QS. Al Baqoroh : 132).

Allah Subhanaahu wa Ta’aalaa telah menyeru kaum Mukminin agar meninggal diatas islam, Firman-Nya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (QS. Ali Imron : 102).

Demikian penjelasan doa yang terdapat dalam surat Al Ahqof ayat 15 ini, sebelum kami akhiri mungkin ada pertanyaan : dhohirnya ayat menunjukkan bahwa doa ini dibaca ketika seseorang mencapai usia 40 tahun, pertanyaannya adalah apakah doa ini boleh diucapkan oleh orang yang belum mencapai usia tersebut?

Jawabannya, diperbolehkan bagi orang yang belum mencapai usia 40 tahun untuk mengucapkan doa ini, karena bagusnya dan saratnya faedah yang dikandung dalam doa ini. Apalagi didukung oleh pendapat Imamul Mufassiriin Abdullah bin Abbas rodhiyallahu anhu yang mengatakan bahwa ayat ini turun berkaitan dengan sahabat Abu Bakar ash-Shidiq rodhiyallahu anhu, dimana dalam ayat ini diceritakan ketika Abu Bakar rodhiyallahu anhu mencapai usia 40 tahun, yakni 2 tahun setelah keislaman beliau dengan diutusnya sahabat dekatnya yaitu Muhammad sholallahu alaihi wa salam menjadi Nabi. Lalu Allah kabulkan doanya, ayahnya Abu Quhafah rodhiyallahu anhu akhirnya masuk Islam dan begitu juga anak-anaknya semuanya masuk islam, seperti Abdur Rokhman bin Abi Bakar, Aisyah, Ummu Kultsum binti Abi Bakar, Asmaa’ binti Abi Bakar dan selainnya rodhiyallahu anhum ajmain. Sehingga menurut ulama tafsir “al-Ibroh bi Umumil Lafdhzi laa bikhususi sabab”, maksudnya  ayat ini sedang menceritakan seorang yang ketika telah menginjak usia 40 tahun berdoa dengan doa ini, bukan pensyariatan doa ini hanya untuk orang yang telah menginjak 40 tahun. Wallahu A’lam. 

Friday, July 20, 2018

Remember Me, I Will Remember you

Sewaktu kecil dahulu, seusia sekolah dasar,
saat berkunjung ke rumah almarhum uyut saya di kampung Cipeundeuy, Cirata, Kabupaten Bandung Barat (perbatasan dgn Kab. Purwakarta), Jawa Barat,
saya sempat terkagum-kagum dengan kelihaian uyut saya menggembalakan domba.

Domba2 'angon' itu turut manut ikut ke mana saja uyut saya, yang saat itu mungkin sudah berusia sekira ~70 tahun-an, namun masih lincah ringan berjalan, menyusuri pematang sawah, hingga mereka merumput di suatu ladang.

Saya pun dgn polos bertanya pada uyut saya itu, (alm.) Aki Rohman (biasa dipanggil 'Ki Oman') namanya...
"Aki, gmna caranya embe2 (domba) itu, koq bisa nurut sama aki?"

"Didit jg pengen bisa tuh kelinci Didit bisa nurut ky gitu!!" ujar saya penuh harap.

Didit adalah nama panggilan sy sewaktu kecil, kala itu sy memang punya hewan peliharaan-kelinci di rumah, dan sy belum mengerti, bahwa memang ada hewan ternak tertentu, spt. kambing & domba, sapi, kerbau, dsb. yg Allah tundukkan utk manusia agar dapat digembalakan supaya bisa diambil manfaatnya, namun kelinci bukanlah salah satunya 😁

"Minta baca2annya dong Aki....!!!"

Didit kecil, yg waktu itu gemar dengan film2 silat, dan sinetron laga, semacam 'Wiro Sableng', 'Sembara-Misteri Gunung Merapi', dan kartun2 duel tempur & peperangan, seperti 'Shulato', 'Saint Seiya', dsb.
berpikir uyut saya bisa merapal ajian tertentu yg bikin satu makhluk bisa menurut, ilmu kanuragan, keahlian hipnotis atau semacamnya.

Tadinya saya kira Aki Oman akan mengungkap mantra rahasia seperti... 

"Nammath sanmadha bodanan mantra abironken sowakaShura maha ken!!" (tribute to 'Shurato' anime) 

Lalu almarhum Aki Oman pun menyampaikan satu bacaan...

"fadzkuruni adzkurkum wasykuruli wala takfurun"

Saya pun segera mencatat dan menghafalkannya, berharap itu adalah ajian penunduk makhluk agar hewan piaraan bisa menurut.

Sepulang kembali dari rumah uyut,

Paman saya, Om Ade, menjelaskan, barulah sy kemudian tersadar, bahwa yg disampaikan alm. uyut sy itu bukanlah ajian ilmu silat ataupun tenaga dalam, melainkan potongan surat ke-2 dalam Al Qur'an, Surat Al Baqarah ayat 152...

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ.

Artinya: "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku" .

Terjemah Mufradat Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 152

Fadzkuruunii = Maka ingatlah kepada-Ku
Adzkurkum = Aku ingat kepada kalian
Wa = Dan
Usykuruu = Bersyukurlah
Lii = Kepada-Ku
Wa = Dan
Laa = Janganlah
Takfuruun = Kalian Mengingkari-Ku

http://www.aswanblog.com/2013/07/tafsir-teks-ayat-dan-terjemah-qs-al.html?m=1

Sungguh bijak almarhum uyut saya itu, pesan yang diwasiatkan bukanlah ttg warisan sawah ladang, kolam dan ternak...
melainkan yang jauh tak ternilai melebihi itu semua...

Kalam Allah, dan seruan untuk senantiasa ingat kepada Allah dengan membaca, memahami, dan yang terpenting mengamalkan Al Qur'an, yang diwujudkan dgn taqwa, menjalankan segala perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.

Listen to Surah Al-Baqarah - Session 46 - Ayah 152 - 158 - Nouman Ali Khan.MP3 by NAK Collection #np on #SoundCloud
https://soundcloud.com/nakcollection/surah-al-baqarah-session-46-ayah-152-158-nouman-ali-khanmp3

...

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَلَاحِقُونَ أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ

ASSALAMU ’ALAIKUM AHLAD-DIYAAR MINAL MU’MINIINA WAL MUSLIMIIN. YARHAMULLOOHUL MUSTAQDIMIINA MINNAA WAL MUSTA’KHIRIIN.
WA INNA INSYAA ALLOOHU BIKUM LA-LAAHIQUUN
WA AS ALULLOOHA LANAA WALAKUMUL ‘AAFIYAH.

“Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, wahai penghuni kubur, dari (golongan) orang-orang beriman dan orang-orang Islam, semoga Allah merahmati orang-orang yang mendahului kami dan orang-orang yang datang belakangan. Kami insya Allah akan menyusul kalian, saya meminta keselamatan untuk kami dan kalian.”

Read more https://konsultasisyariah.com/20865-doa-ziarah-kubur.html






Berikut adalah tafsir selengkapnya dari Ibnu Katsir:

Al-Baqarah, ayat 151-152

{كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ (151) فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ (152) }

"Sebagaimana Kami telah mengutus kepada kalian Rasul di antara kalian yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kalian dan menyucikan kalian dan mengajarkan kepada kalian Al-Kitab dan hikmah, serta mengajarkan kepada kalian apa yang belum kalian ketahui.

Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian; dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kalian mengingkari (nikmat-Ku)."

Allah Swt. mengingatkan hamba-hamba-Nya yang mukmin akan nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka, yaitu diutus-Nya seorang Rasul —yakni Nabi Muhammad Saw.— untuk membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah yang jelas; menyucikan serta membersihkan mereka dari akhlak-akhlak yang rendah, jiwa-jiwa yang kotor, dan perbuatan-perbuatan Jahiliah; mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya, mengajarkan kepada mereka Al-Qur'an dan sunnah, serta mengajarkan kepada mereka banyak hal yang sebelumnya tidak mereka ketahui.

Di zaman Jahiliah mereka hidup dalam kebodohan yang menyesatkan. Akhirnya berkat barakah risalah Nabi Saw. dan misi yang diembannya, mereka menjadi orang-orang yang dikasihi oleh Allah, berwatak sebagai ulama, dan menjadi orang-orang yang berilmu paling mendalam, memiliki hati yang suci, paling sedikit bebannya, dan paling jujur ungkapannya.

Allah Swt. berfirman:

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ آياتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ

Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka. (Ali Imran: 164), hingga akhir ayat.

Allah Swt. mencela orang yang tidak menghargai nikmat ini. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَتَ اللَّهِ كُفْراً وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دارَ الْبَوارِ

Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? (Ibrahim: 28)

Ibnu Abbas mengatakan, yang dimaksud dengan nikmat ini ialah nikmat yang berupa diutus-Nya Nabi Muhammad Saw. kepada mereka. Karena itulah maka Allah menyerukan kepada orang-orang mukmin agar mengakui nikmat ini dan membalasnya dengan banyak berzikir menyebut asma-Nya dan bersyukur kepada-Nya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian; dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku". (Al-Baqarah: 152)

Mujahid mengatakan sehubungan dengan takwil firman-Nya: Sebagaimana Kami telah mengutus kepada kalian Rasul di antara kalian. (Al-Baqarah: 151) Yakni sebagaimana Aku telah melimpahkan nikmat kepada kalian, maka ingatlah kalian kepada-Ku.

Abdullah ibnu Wahb meriwayatkan dari Hisyam ibnu Sa'id, dari Zaid ibnu Aslam,
bahwa Nabi Musa pernah berkata,
"Wahai Tuhan-ku, bagaimana aku bersyukur kepada-Mu?"
Tuhan berfirman kepadanya, "Ingatlah Aku dan jangan kamu lupakan Aku. Maka apabila kamu ingat kepada-Ku, berarti kamu telah bersyukur kepada-Ku. Apabila kamu lupa kepada-Ku, berarti kamu ingkar kepada-Ku."

Al-Hasan Al-Basri, Abul Aliyah, As-Saddi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa Allah Swt. selalu mengingat orang yang ingat kepada-Nya, memberikan tambahan nikmat kepada orang yang bersyukur kepada-Nya, dan mengazab orang yang ingkar terhadap-Nya.

Salah seorang ulama Salaf mengatakan sehubungan dengan takwil firman-Nya:

اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقاتِهِ

Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya. (Ali Imran: 102)

Bahwa makna yang dimaksud ialah hendaknya kita taat kepada-Nya dan tidak durhaka terhadap-Nya, selalu ingat kepada-Nya dan tidak melupakan-Nya, selalu bersyukur kepada-Nya dan tidak ingkar terhadap-Nya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Muhammad ibnus Sabbah, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Imarah As-Saidalani, telah menceritakan kepada kami Makhul Al-Azdi yang mengatakan asar berikut, bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Umar,

"Bagaimanakah menurutmu tentang orang yang membunuh jiwa, peminum khamr, pencuri, dan pezina yang selalu ingat kepada Allah, sedangkan Allah Swt. telah berfirman:  'Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian ' (Al-Baqarah: 152)?"

Ibnu Umar menjawab,
"Apabila Allah mengingat orang ini, maka Dia mengingatnya melalui laknat-Nya hingga dia diam."

Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
"Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian". (Al-Baqarah: 152)
Makna yang dimaksud ialah: "Ingatlah kalian kepada-Ku dalam semua apa yang telah Kufardukan atas kalian, maka niscaya Aku akan mengingat kalian dalam semua apa yang Aku wajibkan bagi kalian atas diri-Ku".

Menurut Sa'id ibnu Jubair artinya: "Ingatlah kalian kepada-Ku dengan taat kepada-Ku, niscaya Aku selalu ingat kepada kalian dengan magfirah(ampunan)-Ku". Menurut riwayat yang lain disebutkan "dengan rahmat-Ku".

Dari Ibnu Abbas sehubungan dengan takwil firman-Nya:

"Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian". (Al-Baqarah: 152)
Disebutkan bahwa makna yang dimaksud ialah 'ingat Allah kepada kalian jauh lebih banyak daripada ingat kalian kepada-Nya'.

Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:

"يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: مَنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَمَنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَأٍ خَيْرٍ مِنْهُ".

Allah Swt. berfirman, "Barang siapa yang ingat kepada-Ku di dalam dirinya, niscaya Aku ingat (pula) kepadanya di dalam diri-Ku; dan barang siapa yang ingat kepada-Ku di dalam suatu golongan, niscaya Aku ingat (pula) kepadanya di dalam golongan yang lebih baik daripada golongannya."

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: يَا ابْنَ آدَمَ، إِنْ ذَكَرْتَنِي فِي نَفْسِكَ ذَكَرْتُكَ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرْتَنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُكَ، فِي مَلَأٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ -أَوْ قَالَ: [فِي] مَلَأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ -وَإِنْ دَنَوْتَ مِنِّي شِبْرًا دَنَوْتُ مِنْكَ ذِرَاعًا، وَإِنْ دَنَوْتَ مِنِّي ذِرَاعًا دَنَوْتُ مِنْكَ بَاعًا، وَإِنْ أَتَيْتَنِي تَمْشِي أَتَيْتُكَ أُهَرْوِلُ"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rauh, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Al-Fudail ibnu Fudalah (seorang lelaki dari kalangan Bani Qais), telah menceritakan kepada kami Abu Raja Al-Ataridi yang mengatakan bahwa Imran Ibnu Husain keluar menemui kami memakai jubah kain sutra campuran yang belum pernah kami lihat dia memakainya, baik sebelum itu ataupun sesudahnya.
Lalu ia mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Barang siapa dianugerahi suatu nikmat oleh Allah, maka sesungguhnya Allah menyukai bila melihat penampilan dari nikmat yang telah Dia berikan kepada makhluk-Nya. Dan adakalanya Rauh mengatakan 'kepada hamba-Nya".

Friday, July 13, 2018

"Membangun Komitmen terhadap Islam dgn segala Konsekuensinya" oleh Dr. Muhammad Anwar Lc. MA. MSc. MM - Kajian Ba'da Shubuh (Sabtu, 14 Juli 2018) di Masjid Baitul Hikmah (Nusa Loka BSD)

Kelemahan Umat Islam (yg dibahas dalam pertemuan da'i & ulama Internasional di Jakarta, 3-6 Juli 2018), antara lain :

https://m.republika.co.id/amp_version/pbfkyn313

1. Lemah pemahaman thdp. ajaran agama Islam, sehingga mudah diadu domba

2. Rendah komitmen thdp. agama Islam
(banyak ditemui oknum yg mendekat pada Islam, hanya pada saat ada kepentingan saja)

3. Kurangnya kepedulian thdp. sesama muslim, thdp perkembangan umat Islam, maupun apa yg akan terjadi di dunia

4. Rendahnya persatuan & kesatuan, hanya karena perbedaan furuhiyah

https://chanelmuslim.com/khazanah/antara-khilafiyah-furuiyah-sunnah-dan-bidah

5. Rentan konflik (terutama di kawasan Timur Tengah), sehingga mudah dipecah belah.


Bahan kajian & Renungan :

Qs. Ali Imron (3 : 102) :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ


Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam (muslim)."

http://www.ibnukatsironline.com/2015/04/tafsir-surat-ali-imran-ayat-102-103.html?m=1

Perintah Allah (Ilah & Rabb)* dalam Q. S Al Imron (3 : 102-103) :

1. Beriman
Siapa yg istiqomah dalam keimanan, Allah akan mengutus Malaikat kpd kita utk menuntun kita ke jalan kebaikan.

https://almanhaj.or.id/4134-keutamaan-istiqomah.html

2. Mengamalkan ketaqwaan yg berkualitas
+ takut akan ancaman Allah, melahirkan sikap kehati2an, senantiasa menjauhi perbuatan dosa & kemaksiatan

3. Janganlah mati, kecuali mati dalam keadaan benar2 Islam (proses menyeluruh sepanjang hayat belajar-memahami-mengamalkan Islam), mulai dari skrg, saat ini, hingga akhir hayat (khusnul khotimah).

4. Jangan berlepas diri (berperang teguhlah) pada tali (agama) Allah.

وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّـهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّـهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوٰنًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّـهُ لَكُمْ ءَايٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿آل عمران:١۰٣﴾

Artinya : "Dan berpeganglah kamu sekalian kepada tali (agama) Allah dengan berjama’ah dan janganlah kamu bercerai berai." Qs Ali Imran : 103

*Note:

https://deddinordiawan.com/2007/12/26/allah-sang-rabb-semesta/

*Illah menunjuk pada makna Allah sebagai Tuhan yang Maha Sempurna. Tuhan yang memiliki kekuasaan tiada batas. Raja Diraja, King of The King, yang berada di tahta tertinggi. Dia tidak tersentuh. Kesempurnaan dan Kekuasaannya tidak mampu kita lukiskan dalam imajinasi.

https://www.dakwatuna.com/2011/12/05/17127/makna-ilah-bagian-ke-1/amp/

*Rabb menunjukkan Tuhan yang keberadaannya senantiasa hadir dalam kehidupan kita, mengatur peredaran tata surya, menumbuhkan berbagai flora dan menghadirkan hujan. Rabb adalah Tuhan yang merasuk dalam diri kita, mendetakkan jantung, mengalirkan darah bahkan dalam pembuluh-pembuluh sempit. Dialah Tuhan, yang tanpaNya tiadalah kehidupan ini.

https://almanhaj.or.id/3573-ar-rabb-yang-maha-mengatur-dan-menguasai-alam-semesta.html

Maka, dengan pemahaman tersebut, kita akan menemukan betapa indah ukiran pujian untuk “Illah” dan “Rabb” yang diukir dalam kalimat hamdalah. Alhamdu-Lillahi-Rabbil ‘Alamiin, sebuah ungkapan syukur yang bermakna sangat dalam.

Secara substansial kalimat hamdalah tersebut kita maknai, “Segala bentuk puja-puji (baik yang bisa kita berikan maupun bentuk lain yang tak sanggup kita ungkapkan) hanyalah untuk Tuhan sang Illah yang luar biasa yang bertahta di singgasananya, Tuhan sang Rabb yang menguasai, mengatur dan memelihara alam semesta raya“.